Selasa, 09 Oktober 2018


ABDULLAH IBNU RAWAHAH

Waktu itu rasulullah saw. Sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang dating dari kota Madinah yang berjumlah 12 orang yang kemudian dikenal dengan nama Kaum Anshar (penolong Rasul). Mereka sedang dibai’at Rasul (diambil janji sumpah setia) yang terkenal pula dengan nama Bai’’ah al-Aqabah al-Ula (Aqabah pertama). Merekalah pembawah dan penyair islam pertama ke kota Madinah sekaligus membuka jalan bagi hijrah Nabi dan membawah kemajuan pesat bagi Agama Allah, yaitu Islam. Salah satu utusan yang dibai’at Nabi adalah Abdullah bin Rawahah.
Sesudah Rasulullah bersama sahabatnya hijrah ke Madinah dan menetap disana, maka Abdullah bin Rawahah  pulalah yang paling banyak usaha dan kegiatannya dalam membelah agama dan mengukuhkan sendi-sendinya. Ia juga yang selalu mengawasi Abdullah bin Ubay (pemimpin golongan munafik) yang tak putus-putusnya berusaha menjatuhkan Islam dengan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada. Berkat kesiagaan Abdullah bin Rawahah yang selalu mengawasi Abdullah bin Ubay sehingga kejahatannya terhadap Islam dapat dipatahkan.
Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di suatu lingkungan yang langka dengan kepandaian tulis dan membaca. Ia juga seorang penyair yang lancar, yang untaiyan syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah di dengar.
Pada suatu hari, beliau duduk bersama para sahabtnya, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah, lalu Nabi bertanya kepadanya : “apa yang anda lakukan bila anda hendak mengucapkan syair?”
Jawab Abdullah: “kurenungkan dulu, kemudian baru ku-ucapkan”. Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa bertangguh. Orang-orang Islam pun sering mengulang-ulangi syair-syairnya yang indah.
Penyair Rawahah yang produktif ini amat berduka sewaktu turun ayat al-Quranul Karim:
                                                                                                            وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ
Yang artinya:
            “dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat”.(Q.S 26 asy-Syu’ara: 224)
Tetapi kedukaannya jadi terlipur waktu turun pula ayat lainnya:
                                                                                           
           إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا
ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
Artinya:
            “kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak ingat kepada allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya”. (Q.S 26 asy-Syu’ara: 227)
Dan sewaktu islam terpaksa terjun kemedan perang karena membela diri, tampillah Abdullah bin Rawahah membawah pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar, seraya menjadikan kalimat-kalimat syairnya dan qashidhnya menjadi slogan perjuangan:
“wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!”
Dan datanglah waktunya perang Muktah . . . Abdullah bin Rawahah adalah panglima ke tiga dalam pasukan Islam.
Ibnu Rawahah berdiri dalam keadaan siap bersama pasukan islam yang berangkat meninggalkan kota Madinah. Ia tegak sejenak lalu berkata, mengucapkan syairnya:
“yang kupintah kepada Allah Yang Maha Rahman
Keampuanan dan kemenangan di medan perang
Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan
Bertekuk lututnya angkatan perang syetan
Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan
Mati syahid di medan peran . . .!!”
Benar, itulah cita-citanya kemenangan dan hilang terbilang.
Balatentara islam maju bergerak ke medan perang Muhtak. Sewaktu orang islam dari kejahuan telah dapat melihat musuh-musuh mereka, mereka memperkirakan besarnya balatentara Romawi sekitar 2000. Karena menurut kenyataan barisan tentara mereka seakan taka da ujungnya.
Orang-orang islam yang melihat jumlah mereka yang sangat sedikit lalu terdiam. Tetapi Ibnu Rawahah , bagaikan datangnya siang bangun berdiri di antara barisan pasukan-pasukannya lalu berucap:
“kawan-kawan sekalian! Demi Allah, sesungguhnya kita beroerang melawan musuh-musuh kita bukan berdasarkan bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah . . .! kita tidak memerangi mereka melainkan mempertahankan Agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah . . . !”
Dengan bersorak-sorak Kaum Muslimin yang sedikit bilangannya tetapi besarnya imamnya itu menyatakan setuju.
Demikianlah, pasukan terus ketujuannya, dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan bangsa Romawi.
Kedua pasukan balatentara itu pun bertemu, berkecemuklah pertempuran antara keduanya, sebagai mana kita telah sebutkan dahulu.
Pemimpin yang pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid yang mulia, disusul pemipin yang ke dua Ja’raf bin Abi Thalib, hingga dia memperoleh syahidnya puladengan penuh kebesaran, dan menyusul pula pemimpin yang ke tiga ini, Abdullah bin Rawahah. Dikalah itu ia memungut panji perang dari tangan kanan Ja’raf, sementara peperangan telah mencapai puncaknya.
  Ketika ia bertempur sebagai seorang prajurit, Ibnu Rawahah menerja ke muka dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan tanpa ragu-ragu dan peduli. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan, yang akan dimintai tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya.
 Terlihat kehebatan tentara Romawi , seketika terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. Tetapi saat itu hanya sekejap , kemudian ia membangkitkan seluruh semangat dan kekuatannya dan melenyapkan semua kekhawatiran dari dirinya, sambil berseru:
“Aku telah bersumpah wahai diri, maju kemedan laga
Tapi kenapa kulihata, engkau menolak surga . . .
Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti . . .
Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini
Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah kesatria sejatih . . .!”
(Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid dan Ja’far yang telah gugur sebagai syuhada). “Jika kamu berbuat seperti keduanya , itulah kesatria sejati . . . .!” Ia pun maju meryerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya . . . . Kalau tidaklah taqdir Allah yang menentukan , bahwa hari itu adalah saat janjinya akan ke surga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka. Tetapi lonceng keberangkatan sudah berdenting , yang memberitahukan awal perjalanannya pulang ke hadlirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid. Jasatnya jatuh terkapar, tapi rohnya yang suci dan perwira naik menghadap Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Tinggi, dan tercapailah puncak idamannya
 
 Selagi pertempuran sengit sedang berkecambukan di bumi Balqa’ di Syam , Rasulullah saw. sedang  duduk beserta para sahabatnya di Madinah, sambil mempercakapan mereka. Tiba-tiba kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. Beliau mengangkatkan wajahnya dengan mengedipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang jatuh disebabkan rasa duka dan belas kasihan. Seraya memandang  berkeliling ke arah wajah sahabarnya dengan pandangan haru, beliau berkata: “Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga ia gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja’far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula”. Beliau berdiam sebentar , lalu diteruskannya ucapannya: “Kemudian panji itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia pun shayid pula”.
   Kemudian Rasul diam lagi seketika , sementara mata beliau bercahaya , menyinarkan kegembiraan,  ketentraman dan kerinduan, lalu katanya pula: “Mereka bertiga diangkat ke tempatku ke surga. . . “.
   Perjalanan mana lagi yang lebih mulia . . . .
   Kesepakatan mana lagi yang lebih berbahagia  . . .
   Mereka  maju ke medan laga bersama-sama . . . .
   Dan mereka naik ke surga bersama-sama pula . . . .
   Dan penghormatan terbaik yang diberikan untuk mengenangkan jasa mereka yang abadi, ialah ucapan Rasulullah saw. yang berbunyi:
“Mereka telah diangkatkan ke tempaku ke surga  . . . .“

==>klik disini Abdullah ibnu Rawahah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mencari nilai x, y, & z menggunakan metode gauss

See the Pen GaZgWP by Faisal Indrianto ( @faisal-indrianto ) on CodePen .